CERPEN
.......................Sebuah
cerita,sebuah kisah...............................
Guruku, Ayahku.....
”
i miss you “
Syarifuddin Spd,guru yang menjadi ayah keduaku saat aku
masih duduk di kls 7 SMP 5 ENREKANG. Ia adalah guru bahasa inggris yang
tegas,baik, dan juga penyayang. Dari sekian banyak guru yang mengajar saat
itu,aku lebih menyukai diajar olehnya. Walaupun sebenarnya aku tidak menyukai
pelajaran bahasa inggris,tapi entah apa yang membuat diriku tidak bosan dengan
pelajarannya. Setiap ia mengajar di kelas,hampir setiap saat aku yang harus
menjawab soal dan mengerjakannya di papan tulis,padahal aku tidak tau apa yang
harus aku jawab.
“coba isna kerja nomor selanjutnya”
“ha? Saya kurang paham pak”
“kalau salah tidak apa-apa nak,nanti bapak ajar”
Selalu dan selalu alasan itu yang saya ucapkan ketika beliau
menyuruhku mengerjakan soal. Sampai suatu hari beliau mengadakan bimbingan
belajar dirumahnya sendiri,berita itu terdengar ketika sahabat-sahabatku ingin
ikut bimbel tersebut. Mereka mengajakku,tetapi aku masih bimbang mau ikut atau
tidak,karna yang diajar bukan cuma kls 7 SMP. Tentunya ada kakak kelas,dan anak
SD kls 4,5,6 pasti aku malu kalau jawab soalnya cuma bilang “gak tau”.
“iya aku ikut deh,tapi benar nih ntar gak bakal
malu-maluin?”
“iya Isna,kan kita semua pengen belajar” jawab Dian menasehati
“betul Isna kan gak mungkin kita pengen ikutan kalau udah
jago semua”
Dan akhirnya aku ikutan juga. Walaupun statusnya siswa
baru,maklumlah masuknya dibelakangan,jadi mesti perkenalan dulu. Awal perkenalanpun
masih di ajar sama beliau.Setiap ikutan bimbel pastinya saya tidak pernah merasa
tau,dan manja dengan tugas atau pekerjaan yang yang diberi oleh beliau,tetapi
ia tidak merasa susah ataupun jengkel dengan sikapku. Ia tetap mengajariku
dengan sabar,diselingi dengan canda dan tawanya.
Mungkin bagi beliau itu hal yang mudah baginya,itu terbukti
dari cara mengajarnya. Memiliki istri yang baik,ramah dan hidupnya selalu di
berengi dengan keceriaan. Aku lumayan akrab dengan istrinya,karena bagiku ia
asik diajak ngobrol. Keakrapan itu tidak sebentar,bahkan setiap kesekolah atau
les pastinya yang paling sering disebut namanya,saya. Memang sih keluarga
seperti itu sangat didambakan oleh orang-orang. Bahkan anaknya pun tidak beda
jauh dari kedua orang tuanya,cuman anak beliau semuanya cowok. Dari anaknya pun
ada yang manja,siapa coba yang tidak manja kalau memiliki orang tua seperti
mereka. Tapi saya heran,tiap kali yang diajarkan oleh beliau pasti berbeda,yah
berbeda dengan cara ngajarnya kesaya. Rasanya aku diperlakukan seperti anaknya
sendiri. Dan ternyata perasaanku tidak salah. Sampai suatu hari aku tiba-tiba
saja merasakan ada yang aneh setiap aku pergi bimbel. Saat itu salah satu
anaknya seolah-olah memperhatikanku sampai-sampai aku jadi salah tingkah.
“Din,lihat anaknya Pak dari tadi ngelirik aku,atau akunya
aja yang ke-GRan?”
“haha mungkin karna ada hati kali?”
“ha? Ih nggak mungkin dong,secara akunya masih SMP,dianya
udah SMA udah mau lulus lagi”
“emang gak boleh anak SMA suka sama anak SMP?”
“nggak juga sih,cuma aku kan masih anak-anak belum waktunya
kenal kayak gituan”
Tentunya aku harus berfikir positif saja,mana mungkin aku
suka dengan orang yang lebih dewasa
dariku,dan sekaligus anak dari orang yang aku banggakan,anak ke2 nya dari 3
bersaudara itu yang bernama ,”ARIF”. Seiring berjalannya waktu,tiba-tiba saja
anak dari beliau nitip salam melalui Dian,tentu itu semakin membuatku kaget.
Perlahan demi perlahan ternyata aku mulai merasakan namanya CINTA ,meskipun
bagi saya itu cinta monyet yang berawal dari lirik-melirik,salam dan
peristiwa-peristiwa. Peristiwa mulai dari kegiatan eskul sampai liburan hingga
menjalin hubungan “PACARAN”. Walaupun status itu terjalin tapi aku menganggap
dan menghargai namanya persaudraan,yang mana aku sudah dianggap anak oleh
beliau.
Berjalan cukup lama dengan hubungan itu,dan setiap aku
bertemu dengan beliau dan istrinya seolah-olah aku malu dan gugup untuk
menyapanya karena menjalin hubungan dengan salah satu anaknya. Karena aku lebih
mengharapkan persaudaraan maka hubungan itu berakhir,tapi hubungan antara aku
dengan beliau tidak akan berakhir.
Menganggap mereka sebagai keluargaku yang sebenarnya,aku
merasa nyaman dengan keluarga beliau. Ayah ke2 disaat sekolah,sekaligus
keluarga ke2 bagiku,semua itu tidak aku dapatkan lagi dari mereka. Suami istri
yang selalu membuat hari-hariku disekolah lebih indah,dan penuh arti.
Anak-anaknya yang sudah aku anggap sebagai kakak kandungku sendiri kini
semuanya hanya menjadi kenangan.
Karena saat aku duduk di kls 8 semester 2,aku sudah pindah
dari sekolah itu. Bahkan disaat-saat beliau sakit,aku tidak tau kabarnya. Aku
tidak merasakan tanda-tanda lain dari beliau. Hingga akhirnya beliau pergi
untuk selama-lamanya dan takkan kembali lagi.
Disaat itulah aku merasa pertemuan aku dengan beliau seolah-olah hanya
menjadi mimpi untuk bisa bertemu dengannya. Kepergiaan yang begitu cepat,membuatku
tidak mampu menerima kenyataan bahwa aku telah kehilangan sosok yang istimewa
bagiku. Ketika 100 hari kepergiannya,disusul lagi oleh istri beliau. Hanya
genangan air matalah yang mengiringi kepergiaannya bersama dengan doa. Sepasang
suami istri yang hidup selalu bersama kini perginyapun dalam keadaan
bersama-sama. Waktu tidak mungkin akan kembali lagi,kini hanya sebuah kisah
yang aku rindukan,bersama dengan kenangan-kenangan dengan mereka,merasakan
rindu yang tidak terobati. Walaupun berbeda tempat,namun tempat mereka jauh
lebih indah dan baik,SURGA lah tempat mereka.
Oleh : @isnapholan