Selasa, 14 Januari 2014

CERPEN
   .......................Sebuah cerita,sebuah kisah...............................
Guruku, Ayahku..... i miss you
Syarifuddin Spd,guru yang menjadi ayah keduaku saat aku masih duduk di kls 7 SMP 5 ENREKANG. Ia adalah guru bahasa inggris yang tegas,baik, dan juga penyayang. Dari sekian banyak guru yang mengajar saat itu,aku lebih menyukai diajar olehnya. Walaupun sebenarnya aku tidak menyukai pelajaran bahasa inggris,tapi entah apa yang membuat diriku tidak bosan dengan pelajarannya. Setiap ia mengajar di kelas,hampir setiap saat aku yang harus menjawab soal dan mengerjakannya di papan tulis,padahal aku tidak tau apa yang harus aku jawab.
“coba isna kerja nomor selanjutnya”
“ha? Saya kurang paham pak”
“kalau salah tidak apa-apa nak,nanti bapak ajar”
Selalu dan selalu alasan itu yang saya ucapkan ketika beliau menyuruhku mengerjakan soal. Sampai suatu hari beliau mengadakan bimbingan belajar dirumahnya sendiri,berita itu terdengar ketika sahabat-sahabatku ingin ikut bimbel tersebut. Mereka mengajakku,tetapi aku masih bimbang mau ikut atau tidak,karna yang diajar bukan cuma kls 7 SMP. Tentunya ada kakak kelas,dan anak SD kls 4,5,6 pasti aku malu kalau jawab soalnya cuma bilang “gak tau”.
“iya aku ikut deh,tapi benar nih ntar gak bakal malu-maluin?”
“iya Isna,kan kita semua pengen belajar” jawab Dian menasehati
“betul Isna kan gak mungkin kita pengen ikutan kalau udah jago semua”
Dan akhirnya aku ikutan juga. Walaupun statusnya siswa baru,maklumlah masuknya dibelakangan,jadi mesti perkenalan dulu. Awal perkenalanpun masih di ajar sama beliau.Setiap ikutan bimbel pastinya saya tidak pernah merasa tau,dan manja dengan tugas atau pekerjaan yang yang diberi oleh beliau,tetapi ia tidak merasa susah ataupun jengkel dengan sikapku. Ia tetap mengajariku dengan sabar,diselingi dengan canda dan tawanya.
Mungkin bagi beliau itu hal yang mudah baginya,itu terbukti dari cara mengajarnya. Memiliki istri yang baik,ramah dan hidupnya selalu di berengi dengan keceriaan. Aku lumayan akrab dengan istrinya,karena bagiku ia asik diajak ngobrol. Keakrapan itu tidak sebentar,bahkan setiap kesekolah atau les pastinya yang paling sering disebut namanya,saya. Memang sih keluarga seperti itu sangat didambakan oleh orang-orang. Bahkan anaknya pun tidak beda jauh dari kedua orang tuanya,cuman anak beliau semuanya cowok. Dari anaknya pun ada yang manja,siapa coba yang tidak manja kalau memiliki orang tua seperti mereka. Tapi saya heran,tiap kali yang diajarkan oleh beliau pasti berbeda,yah berbeda dengan cara ngajarnya kesaya. Rasanya aku diperlakukan seperti anaknya sendiri. Dan ternyata perasaanku tidak salah. Sampai suatu hari aku tiba-tiba saja merasakan ada yang aneh setiap aku pergi bimbel. Saat itu salah satu anaknya seolah-olah memperhatikanku sampai-sampai aku jadi salah tingkah.
“Din,lihat anaknya Pak dari tadi ngelirik aku,atau akunya aja yang ke-GRan?”
“haha mungkin karna ada hati kali?”
“ha? Ih nggak mungkin dong,secara akunya masih SMP,dianya udah SMA udah mau lulus lagi”
“emang gak boleh anak SMA suka sama anak SMP?”
“nggak juga sih,cuma aku kan masih anak-anak belum waktunya kenal kayak gituan”
Tentunya aku harus berfikir positif saja,mana mungkin aku suka dengan  orang yang lebih dewasa dariku,dan sekaligus anak dari orang yang aku banggakan,anak ke2 nya dari 3 bersaudara itu yang bernama ,”ARIF”. Seiring berjalannya waktu,tiba-tiba saja anak dari beliau nitip salam melalui Dian,tentu itu semakin membuatku kaget. Perlahan demi perlahan ternyata aku mulai merasakan namanya CINTA ,meskipun bagi saya itu cinta monyet yang berawal dari lirik-melirik,salam dan peristiwa-peristiwa. Peristiwa mulai dari kegiatan eskul sampai liburan hingga menjalin hubungan “PACARAN”. Walaupun status itu terjalin tapi aku menganggap dan menghargai namanya persaudraan,yang mana aku sudah dianggap anak oleh beliau.
Berjalan cukup lama dengan hubungan itu,dan setiap aku bertemu dengan beliau dan istrinya seolah-olah aku malu dan gugup untuk menyapanya karena menjalin hubungan dengan salah satu anaknya. Karena aku lebih mengharapkan persaudaraan maka hubungan itu berakhir,tapi hubungan antara aku dengan beliau tidak akan berakhir.
Menganggap mereka sebagai keluargaku yang sebenarnya,aku merasa nyaman dengan keluarga beliau. Ayah ke2 disaat sekolah,sekaligus keluarga ke2 bagiku,semua itu tidak aku dapatkan lagi dari mereka. Suami istri yang selalu membuat hari-hariku disekolah lebih indah,dan penuh arti. Anak-anaknya yang sudah aku anggap sebagai kakak kandungku sendiri kini semuanya hanya menjadi kenangan.

Karena saat aku duduk di kls 8 semester 2,aku sudah pindah dari sekolah itu. Bahkan disaat-saat beliau sakit,aku tidak tau kabarnya. Aku tidak merasakan tanda-tanda lain dari beliau. Hingga akhirnya beliau pergi untuk selama-lamanya dan takkan kembali lagi.  Disaat itulah aku merasa pertemuan aku dengan beliau seolah-olah hanya menjadi mimpi untuk bisa bertemu dengannya. Kepergiaan yang begitu cepat,membuatku tidak mampu menerima kenyataan bahwa aku telah kehilangan sosok yang istimewa bagiku. Ketika 100 hari kepergiannya,disusul lagi oleh istri beliau. Hanya genangan air matalah yang mengiringi kepergiaannya bersama dengan doa. Sepasang suami istri yang hidup selalu bersama kini perginyapun dalam keadaan bersama-sama. Waktu tidak mungkin akan kembali lagi,kini hanya sebuah kisah yang aku rindukan,bersama dengan kenangan-kenangan dengan mereka,merasakan rindu yang tidak terobati. Walaupun berbeda tempat,namun tempat mereka jauh lebih indah dan baik,SURGA lah tempat mereka.



                                                                                               Oleh : @isnapholan